FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PEMBELAJARAN
Proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai runtutan perubahan dalam perkembangan sesuatu hal. Sedangkan,
definisi belajar adalah sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha
untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia dengan maksud memperoleh
perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. Menurut
pendapat yang tradisional, belajar hanyalah dianggap sebagai penambahan dan
pengumpulan sejumlah ilmu pengetahuan. Pendapat ini terlalu sempit dan
sederhana serta hanya berpusat pada mata pelajaran belaka. Belajar tidak hanya
sekedar mengumpulkan ilmu pengetahuan, tetapi belajar itu lebih menekankan pada
perubahan individu yang belajar. Menurut D.Crow & Alice Crow (Kunandar,
2011:325) Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan
sikap.
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik
(Kunandar,2011:293). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang agar terjadinya perubahan perilaku
siswa. Menurut Djahiri (Kunandar, 2011:293), dalam proses pembelajaran prinsip
utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi
diri siswa (baik fisik maupun nonfisik) dan bermaknanya bagi diri dan
kehidupannya saat ini dan masa yang akan datang (life skill).
Maka dapat disimpulkan, proses pembelajaran di kelas
sebagai suatu runtutan perubahan dalam perkembangan kegiatan pembelajaran di
mana di dalamnya terjadi keinginan untuk memperoleh perubahan dalam diri
peserta didik baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap dan perilaku
yang dilakukan dengan interaksi antara peserta didik dengan pendidik/guru pada
suatu lingkungan belajar. Atau secara lebih sederhana dapat disimpulkan bahwa
proses pembelajaran di kelas merupakan tingkatan atau suatu fase bagi peserta
didik dalam mempelajari sesuatu yang dilaksanakan di dalam kelas.
B.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Pembelajaran
Saat proses belajar dapat terjadi berbagai hambatan, itulah salah satu
bunyi dari prinsip pembelajaran. Untuk dapat mengetahui dan mengatasi
hambatan-hambatan maka kita harus berfikit mengenai faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi suatu proses belajar dan pembelajaran. Setelah mengetahui
berbagai prinsip pembelajaran, kita dapat menganalisa lebih jauh mengenai
faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada saat proses belajar. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Seperti: Gangguan fisik
seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan alat panca indra,
Ketidakseimbangan mental, Kelemahan emosional, Kelemahan yang disebabkan oleh
perasaan dan sikap yang salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap
pelajaran, malas dan sering bolos. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisik dan faktor psikis.
a.
Faktor fisik
Perkembangan fisik pada anak
memiliki karakteristik yang berbeda baik sebelum maupun sesudah anak-anak.
Perkembangan fisik pada anak perlu dipelajari dan dipahami oleh setiap guru,
karena dipercaya bahwa segala aktivitas-aktivitas belajar dan
aktivitas-aktivitas yang menyangkut mentalnya serta pembentukan kepribadian
dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan fisik. Contohnya adalah kesehatan.
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas
dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu,
selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk
jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan /
kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat
belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin
dengan cara selalu mengindahkan ketentuan, ketentuan tentang bekerja, belajar,
istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
Faktor-faktor fisiologis adalah
faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan
tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas
belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena itu keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu
ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
1)
Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan
nutrisi yang masuk ke dalam tubuh kita, dengan asupan gizi yang baik, maka kita
pun akan terlihat sehat dan bugar, tidak mudah mengantuk ketika sedang belajar.
2)
Rajin
berolahraga.
3)
Istirahat yang cukup.
Kedua, keadaan fungsi jasmani / fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar,
terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga
manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar
dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga.
b.
Faktor psikis
Proses psikososial, melibatkan perubahan-perubahan
dalam aspek perasaan, emosi dan kepribadian individu, perkembangan identitas
diri, pola hubungan dengan anggota keluarga, teman, guru dan yang lainnya.
Contoh pengaruh psikis antara lain:
1)
Kecerdasan / Intelegensia
Siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya
berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya.
Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang
penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi (executive control)
dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah
satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang
telah direvisi oleh Terman dan Merill (Suprapto,2009), yaitu:
(a)
Kelompok kecerdasan amat superior (very superior)
merentang antara IQ 140-IQ 169
(b)
Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ
120-IQ 139
(c)
Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang
anatara IQ 110-IQ 119
(d)
Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90-IQ
109
(e)
Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang
antara IQ 80-IQ 89
(f)
Kelompok batas lemah mental (borderline defective)
berada pada IQ 70-IQ 79
(g)
Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective)
berada pada IQ 20-IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain
debil, imbisil, idiot.
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru
atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga
untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat
kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang
akan diberikan kepada siswa.
c.
Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal)
atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran
tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi
suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran
itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
d.
Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi
berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam
waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan
minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan
agar ia mempunyai minat yang labih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan
cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya
dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
Secara sederhana, minat (interest) adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Menurut Reber minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi
disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
e.
Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk
belajar.
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah the city to
learn. Dengan perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu
baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan
lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang / tidak berbakat dibidangnya.
Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih
baik karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
belajarnya.
f.
Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu
dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal
yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons
dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya,
baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu
berbeda satu sama lain. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental
atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.
g.
Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor
yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong
siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian
suatu tujuan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang timbul dari
luar individu, seperti: Sekolah: Sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu
berat beban belajar (murid) dan mengajar (guru), metode mengajar kurang
memadai, kurang media pembelajaran; Keluarga (rumah): Keluarga yang kurang utuh
atau kurang harmonis, keadaan ekonomi, dan sikap orang tua tidak memperhatikan
pendidikan anaknya. Faktor Eksternal yang mempengaruhi proses belajar dan
pembelajaran antara lain:
a.
Lingkungan
Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar.
Dalam lingkungan anak diajarkan tentang nilai-nilai budaya setempat. Dengan
faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola
pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas
tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari
lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan
sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil
interaksi dari hereditas dan lingkungan.
Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan,
faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan
keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan
antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive
contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi
dan juga tingkah laku. Lingkungan sebagai kondisi atau pengalaman-pengalaman
interaksional yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan. Misal, di
dalam keluarga, setiap anak mempunyai karakter dan pengalaman yang
berbeda-beda. Tergantung dari perlakuan orang tua kepada setiap anak-anaknya,
dan pergaulan dari masing-masing anak. Hal ini menandakan bahwa faktor
lingkungan juga turut mempengaruhi perkembangan individu.
Faktor
lingkungan terdiri dari:
1)
Lingkungan fisik
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah
cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya, kesehatan lingkungan, dan waktu belajar
yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti
pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa
belajar pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya.
Namun, menurut penelitian beberapa ahli (gaya belajar, hasil belajar itu tidak
tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang
cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986).
2)
Lingkungan sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa
dengan orang lain di sekitarnya, sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan
sebagainya. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar
ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik
ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Kondisi masyarakat di lingkungan siswa yang kumuh,
anak-anak penganggur dan serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas
belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika
memerlukan teman belajar atau berdiskusi ataupun meminjam alat-alat belajar
tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. (Muhibbin Syah,2003: 152-154)
3)
Lingkungan Kultural
Yang termasuk lingkungan kultural
adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan masyarakat di sekitar siswa. Setiap
daerah memiliki kebiasaan dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda. Hal ini,
dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
4)
Instrumental
Instrumental adalah alat atau sarana
yang digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran, berupa hardware dan
software. Misalkan saja hardware, seperti : Buku-buku yang lengkap, kelas yang
kodusif, cat dinding kelas yang sesuai dan membuat suasana nyaman, tempat
duduk, taman, LCD, komputer, transportasi, perpustakaan, gedung, laboratorium
dll. Dan software berupa program-program pendukung belajar peserta didik dan
pendidik, yang berkaitan langsung dengan minat siswa belajar.
Yang termasuk faktor instrumental antara lain:
a.
Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara /
jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik
akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang
kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau
sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga
siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas
untuk belajar.
b.
Alat Pengajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar
siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai
pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang
lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan
kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka
belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju.
c.
Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar
mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, sore, atau malam hari. Waktu
sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk
sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan kecuali ada
hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus
beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran
sambil mengantuk. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar,
jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi
badannya sudah lelah/lemas, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan
didalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar
berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Eko
Suprapto. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar. (online). http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/.
Diakses tanggal 10 Oktober 2016.
Kunandar.
2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses Sertifikasi Guru. Jakarta. Rajawali Pers.
Suryosubroto, Drs. B. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta :
Rineka Cipta.
Terimakasih... Mohon maaf jika masih banyak kesalahan.. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar