Kamis, 01 Desember 2016

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN

   A.    Pengertian Belajar, Pembelajaran dan Proses Pembelajaran
Proses menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai runtutan perubahan dalam perkembangan sesuatu hal. Sedangkan, definisi belajar adalah sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. Menurut pendapat yang tradisional, belajar hanyalah dianggap sebagai penambahan dan pengumpulan sejumlah ilmu pengetahuan. Pendapat ini terlalu sempit dan sederhana serta hanya berpusat pada mata pelajaran belaka. Belajar tidak hanya sekedar mengumpulkan ilmu pengetahuan, tetapi belajar itu lebih menekankan pada perubahan individu yang belajar. Menurut D.Crow & Alice Crow (Kunandar, 2011:325) Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan, dan sikap.
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik (Kunandar,2011:293). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang agar terjadinya perubahan perilaku siswa. Menurut Djahiri (Kunandar, 2011:293), dalam proses pembelajaran prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa (baik fisik maupun nonfisik) dan bermaknanya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan masa yang akan datang (life skill).
Maka dapat disimpulkan, proses pembelajaran di kelas sebagai suatu runtutan perubahan dalam perkembangan kegiatan pembelajaran di mana di dalamnya terjadi keinginan untuk memperoleh perubahan dalam diri peserta didik baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap dan perilaku yang dilakukan dengan interaksi antara peserta didik dengan pendidik/guru pada suatu lingkungan belajar. Atau secara lebih sederhana dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran di kelas merupakan tingkatan atau suatu fase bagi peserta didik dalam mempelajari sesuatu yang dilaksanakan di dalam kelas.
    B.     Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
Saat proses belajar dapat terjadi berbagai hambatan, itulah salah satu bunyi dari prinsip pembelajaran. Untuk dapat mengetahui dan mengatasi hambatan-hambatan maka kita harus berfikit mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi suatu proses belajar dan pembelajaran. Setelah mengetahui berbagai prinsip pembelajaran, kita dapat menganalisa lebih jauh mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada saat proses belajar. Faktor-faktor tersebut adalah:
1.      Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Seperti: Gangguan fisik seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan alat panca indra, Ketidakseimbangan mental, Kelemahan emosional, Kelemahan yang disebabkan oleh perasaan dan sikap yang salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran, malas dan sering bolos. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisik dan faktor psikis.
a.       Faktor fisik
Perkembangan fisik pada anak memiliki karakteristik yang berbeda baik sebelum maupun sesudah anak-anak. Perkembangan fisik pada anak perlu dipelajari dan dipahami oleh setiap guru, karena dipercaya bahwa segala aktivitas-aktivitas belajar dan aktivitas-aktivitas yang menyangkut mentalnya serta pembentukan kepribadian dipengaruhi oleh kondisi dan pertumbuhan fisik. Contohnya adalah kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan / kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan, ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
1)      Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh kita, dengan asupan gizi yang baik, maka kita pun akan terlihat sehat dan bugar, tidak mudah mengantuk ketika sedang belajar.
2)       Rajin berolahraga.
3)      Istirahat yang cukup.
Kedua, keadaan fungsi jasmani / fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga.
b.      Faktor psikis
Proses psikososial, melibatkan perubahan-perubahan dalam aspek perasaan, emosi dan kepribadian individu, perkembangan identitas diri, pola hubungan dengan anggota keluarga, teman, guru dan yang lainnya. Contoh pengaruh psikis antara lain:
1)      Kecerdasan / Intelegensia Siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill (Suprapto,2009), yaitu:
(a)    Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140-IQ 169
(b)   Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120-IQ 139
(c)    Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110-IQ 119
(d)   Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90-IQ 109
(e)    Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80-IQ 89
(f)    Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70-IQ 79
(g)   Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20-IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
c.       Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.
d.      Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang labih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
Secara sederhana, minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
e.       Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untuk belajar.
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah the city to learn. Dengan perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang / tidak berbakat dibidangnya. Dari uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
f.       Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk bereaksi atau merespons dangan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003). Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi itu berbeda satu sama lain. Trow mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.
g.      Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi menurut Sumadi Suryabrata adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan.

2.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang timbul dari luar individu, seperti: Sekolah: Sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat beban belajar (murid) dan mengajar (guru), metode mengajar kurang memadai, kurang media pembelajaran; Keluarga (rumah): Keluarga yang kurang utuh atau kurang harmonis, keadaan ekonomi, dan sikap orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya. Faktor Eksternal yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran antara lain:
a.       Lingkungan
Faktor ini juga dapat disebut dengan faktor luar. Dalam lingkungan anak diajarkan tentang nilai-nilai budaya setempat. Dengan faktor tertentu dan faktor lingkungan tertentu pula maka akan menghasilkan pola pertumbuhan dan perkembangan tertentu pula. Setiap individu lahir dengan hereditas tertentu. Namun individu itu tumbuh dan berkembang tidak lepas dari lingkungannya baik lingkungan fisik, lingkungan psikologi, maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan.
Hubungan antara faktor hereditas dan lingkungan, faktor hereditas beroperasi dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula. Selain dengan interaksi hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai additive contribution (sama-sama menyumbang bagi pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan juga tingkah laku. Lingkungan sebagai kondisi atau pengalaman-pengalaman interaksional yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan. Misal, di dalam keluarga, setiap anak mempunyai karakter dan pengalaman yang berbeda-beda. Tergantung dari perlakuan orang tua kepada setiap anak-anaknya, dan pergaulan dari masing-masing anak. Hal ini menandakan bahwa faktor lingkungan juga turut mempengaruhi perkembangan individu.
Faktor lingkungan terdiri dari:
1)      Lingkungan fisik
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan fisik adalah cuaca, keadaan udara, ruangan, cahaya, kesehatan lingkungan, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
Mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli (gaya belajar, hasil belajar itu tidak tergantung pada waktu secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, dkk., 1986).
2)      Lingkungan sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan siswa dengan orang lain di sekitarnya, sikap dan perilaku orang di sekitar siswa dan sebagainya. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
Kondisi masyarakat di lingkungan siswa yang kumuh, anak-anak penganggur dan serba kekurangan akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi ataupun meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. (Muhibbin Syah,2003: 152-154) 
3)      Lingkungan Kultural
Yang termasuk lingkungan kultural adalah kebiasaan dan tata cara pergaulan masyarakat di sekitar siswa. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tata cara pergaulan yang berbeda-beda. Hal ini, dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
4)      Instrumental
Instrumental adalah alat atau sarana yang digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran, berupa hardware dan software. Misalkan saja hardware, seperti : Buku-buku yang lengkap, kelas yang kodusif, cat dinding kelas yang sesuai dan membuat suasana nyaman, tempat duduk, taman, LCD, komputer, transportasi, perpustakaan, gedung, laboratorium dll. Dan software berupa program-program pendukung belajar peserta didik dan pendidik, yang berkaitan langsung dengan minat siswa belajar.
Yang termasuk faktor instrumental antara lain:
a.       Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara / jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
b.      Alat Pengajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju.
c.       Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, sore, atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah/lemas, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan didalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi.


DAFTAR PUSTAKA
Eko Suprapto. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar. (online). http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar/. Diakses tanggal 10 Oktober 2016.
Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses Sertifikasi Guru. Jakarta. Rajawali Pers.
Suryosubroto, Drs. B. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.



Terimakasih... Mohon maaf jika masih banyak kesalahan.. :)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar