Senin, 28 November 2016

Manajemen Kelas di Sekolah Dasar

Aspek-aspek, Fungsi, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Manajemen Kelas

    A.    Aspek-aspek Manajemen Kelas
Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan guru yang sudah tidak tepat lagi. Dewasa ini aktifitas guru yang terpenting adalah manajemen, mengorganisir, dan mengkoordinasikan usaha atau aktifitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran.
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimilikiguru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, tindakan selektif, dan kreatif (Lois V. Johnson A. Bany, 1970).
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas, seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
1.      Mengecek kehadiran  siswa
2.      Mengumpul hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut
3.      Pendistribusian bahan dan alat
4.      Mengumpulkan informasi dari siswa
5.      Mencatat data
6.      Pemeliharaan arsip
7.      Menyampaikan materi pelajaran
8.      Memberikan tugas atau PR.
Sementara itu hal-hal yang perlu diperhatikan para guru, khususnya guru baru dalam pertemuan pertama dengan siswa di kelas adalah :
1.      Ketika bertemu dengan siswa, guru harus:
a.       Bersikap tenang dan percaya diri
b.      Tidak menunjukan rasa cemas, muka kusam, atau sikap tidak simpatik
c.       Memberikan salam lalu memperkenalkan diri
d.      Memberikan format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis riwayat hidupnya secara singkat
2.      Guru memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar
3.      Mengatur tempat duduk siswa secara tertib dan teratur
4.      Menentukan tata cara berbicara dan tanya jawab
5.      Membuat denah kelas (tempat duduk siswa)
6.      Bertindak disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap diri sendiri (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996 : 13).
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah, dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Disamping sifat kelas perananan dan motif individu dalam kelompok, sifat-sifat kelompok, dan pandangan guru dalam mengajar.
    B.     Fungsi Manajemen Kelas
Manajemen kelas, selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpelihara kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi :
1.      Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti membantu kelompok dalam pembagian tugas , membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2.      Memelihara agar tugas-tugas tersebut dapat berjalan lancar.
Fungsi manajemen yang dipandang perlu dilaksanakan secara khusus oleh kepala sekolah seperti tertuang dalam petunjuk pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
1.      Perencanaan
Perencanaan dapat dipandang sebagai proses penentuan dan penyusunan rencana dan program-program kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang secara terpadu dan sistematis berdasarkan landasan, prinsip-prinsip dasar dan data atau informasi yang terkait serta menggunakan sumber-sumber daya lainnya (misal : dana, sarana dan prasarana, prosedur metode dan teknik) dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian produk perencanaan adalah rencana atau program yang berorientasi kepada masa depan. Program seyogyanya disusun secara lebih spesifik dan operasional.
Rencana tersebut hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a.       Rencana harus jelas
Kejelasan ini harus terlihat pada .... dan sasaran .... yang hendak dicapai, jenis dan bentuk tindakan atau kegiatan yang akan dilkasanakan, siapa pelaksananya, prosedur metode dan teknik pelaksanaannya, bahan dan peralatan yang diperlukan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan.
b.      Rencana harus realistis
Hal ini mengandung arti bahwa :
1)      Rumusan tujuan, target atau sasaran harus mengandung harapan-harapan yang memungkinkan dapat dicapai, baik yang menyangkut aspek kuantitatif maupun aspek kualitatifnya. Untuk itu harapan tersebut harus disusun berdasarkan kondisi-kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya yang ada.
2)      Jenis dan bentuk kegiatannya harus relevan dengan tujuan dan target atau sasaran yang harus dicapai.
3)      Prosedur, metode, dan teknik pelaksanaannya harus relevan dengan tujuan dan target atau sasaran yang hendak dicapai serta harus memungkinkan kegiatan-kegiatan yang telah dipilih dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
4)      Sumber daya manusia yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut harus memiliki kemampuan-kemampuan dan motivasi serta aspek-aspek pribadi lainnya yang menjamin atau memungkinkan terlaksananya tugas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab.
5)      Rencana penggunaan sarana, prasarana, dan dana harus sesuai dengan tujuan, target atau sasaran yang hendak dicapai serta memungkinkan terlaksananya kegiatan-kegiatan secara efektif dan efisien.
6)      Jadwal kegiatan pelaksanaannya harus memungkinkan kegiatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta sesuai dengan batas waktu yang telah direncanakan.
c.       Rencana harus terpadu
1)      Rencana harus memperlihatkan unsur-unsurnya baik yang bersifat insani maupun non-insani sebagai komponen-komponen yang bergantung satu sama lain, berinteraksi dan bergerak bersama secara sinkron kearah tercapainya tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
2)      Rencana harus memiliki tata urut yang teratur dan disusun berdasarkan skala prioritasnya.
2.      Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu proses yang menyangkut perumusan dan rincian pekerjaan dan tugas serta kegiatan yang berdasarkan struktur organisasi formal kepada orang-orang yang memiliki kesanggupan dan kemampuan melaksanakannya, sebagai persyaratan bagi terciptanya kerjasama yang harmonis dan optimal ke arah tercapainya ujuan secara efektif dan efisien.
Pengorganisasian ini meliputi langkah-langkah antara lain :
a.       Mengidentifikasi tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
b.      Mengkaji kembali pekerjaan yang telah direncanakan dan menrincinya menjadi sejumlah tugas dan menjabarkannya menjadi sejumlah kegiatan.
c.       Menentukan personil yang memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dan kegiatan-kegiatan.
d.      Memberikan informasi yang jelas kepada guru tentang tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakannya, mengenai waktu dan tempatnya, serta hubungan kerja dengan guru atau pihak lain yang terkait.
e.       Mengupayakan sarana dan prasarana serta dana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas dan kegiatan-kegiatan tersebut.
3.      Menggerakkan
Fungsi inimenyangkut upaya kepala sekolah untuk memberikan pengaruh-pengaruh ang dapat menyebabkan guru tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.
Fungsi ini perlu dilakukan oleh kepala sekolah karena :
a.       Adanya kenyataan bahwa seseorang akan melaksanakan suatu pekerjaan, tugas atau kegiatan apabila terdorong untuk memenuhi suatu kebutuhan.
b.      Sesudah perencanaan dan pengorganisasian dilakukan harus ditindaklanjuti dengan pelaksanaan tugas.
Fungsi ini perlu dilakukan sepanjang proses pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan ragam dan tingkat kebutuhan seseorang. Dalam rangka melaksanakan fungsi ini ada beberapa teknik motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah antara lain :
a.       Pemberian pujian dan penghargaan
b.      Pemberian kepercayaan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, tugas atau kegiatan.
c.       Pemberian peluang atau kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kreatif inovatif.
d.      Pemberian insentif atau imbalan
e.       Mencipatakan iklim kerja yang harmonis dan menyenangkan
f.       Memberikan teladan yang baik
g.      Memberikan petunjuk atau nasihat
h.      Memberikan teguran atau sanksi
i.        Menyediakan peralatan dan bahan yang sesuai dengan tugas dan kegiatan serta sesuai dengan kondisi sekolah
j.        Memberikan layanan yang layak untuk keperluan kenaikan pangkat atau promosi, dan sebagainya
k.      Memberikan hasil pekerjaan atau kegiatan kepada guru yang bersangkutan sebagai umpan balik
l.        Memberikan kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru.
4.      Memberikan arahan
Fungsi ini menyangkut upaya epala sekolah untuk memberikan informasi, petunjuk, serta bimbingan kepada guru yang dipimpinnya agar terhindar dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas.
Fungsi ini berlaku sepanjang proses pelaksanaan program kegiatan. Pelaksanaan fungsi ini dapat berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.       Memberikan penjelasan atau petunjuk-petunjuk tentang tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh guru
b.      Memberikan penjelasan atau petunjuk secara garis besar tentang cara melaksanakan tugas atau kegiatan yang hars dilaksanakan oleh setiap guru.
c.       Memberikan gambaran yang jelas tentang cara-cara kerja yang dapat menghindarkan guru dari penyimpangan, kesulitan atau kegagalan.
d.      Membangkitkan dan membina rasa tanggung jawab moral pada diri setiap guru yang dipimpinnya atas keberhasilan pekerjaan, tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakannya.
e.       Memberikan perhatian, peringatan serta bimbingan pada saat-saat tertentu terutama ketika guru yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan atau masalah dalam pelaksanaan tugasnya.
5.      Pengkoordinasian
Fungsi ini menyangkut upaya kepala sekolah menyelaraskan gerak langkah dan memeilihara prinsip taat asas (konsistensi) pada setiap dan seluruh guru dalam melaksanakan seluruh tugas dan kegiatannya agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah direncanakan. Hal ini dilakukan kepala sekolah melalui pembinaan kerja sama antar guru dan atara guru dengan pihak-pihak luar yang terkait. Disamping itu penyelarasan dan ketaatan pada asas diupayakan agar antar fungsi manajemen yang satu dengan yang lain seluruhnya berorientasi pada tercapainya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
6.      Pengendalian
Fungsi ini mencakup upaya kepala sekolah untuk :
a.       Mengamati seluruh aspek dan unsur persiapan dan pelaksanaan program-program kegiatan yang telah direncanakan.
b.      Menilai seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang ada dapat mencapai sasaran-sasaran dan tujuan.
c.       Mengidentifikasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan beserta faktor-faktor penyebabnya.
d.      Mencari dan menyarankan atau menentukan cara-cara pemecahan masalah-masalah tertentu.
e.       Mengujicobakan/menerapkan cara pemecahan masalah yang telah dipilih guna menghilangkan atau mengurangi kesenjangan antara harapan dan kenyataan tersebut.
Dengan demikian, dalam melaksanakan fungsi ini seorang kepala sekolah dapat menggunakan  sekurang-kurangnya tiga pendekatan, yaitu :
a.       Pengendalian yang bersifat pencegahan
Pengendalian pencegahan dilaksanakan kepala sekolah dengan menitik beratkan pada usaha-usaha :
1)      Melakukan perencanaan yang matang
2)      Pengorganisasian yang tepat
3)      Pemberian dorongan yang tepat
4)      Pemberian pengarahan yang jelas dan terarah
5)      Menciptakan iklim kerja yang sejuk
6)      Pengkoordinasian yang tepat dan harmonis
b.      Pengendalian langsung
Pengendalian langsung dapat dititik beratkan pada usaha-usaha kepala sekolah untuk :
1)      Mengadakan pengamatan yang cermat dan terencana secara sistematis pada setiap tahap dalam setiap tahap dalam proses pelaksanaan program
2)      Mengsupervisi pelaksanaan program atau kegiatan yang dilakukan oleh guru.
3)      Memberikan bantuan atau bimbingan segera kepada guru/personil yang memerlukannya.
4)      Membina disiplin guru secara berkesinambungan.
c.       Pengendalian yang bersifat perbaikan
Pengendalian yang bersifat perbaikan dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi dan analisis. Dengan demikian perbaikan ini dilakukan setelah sesuatu tugas atau kegiatan selesai dilaksanakan.
7.      Inovasi
Fungsi inovasi menyangkut upaya kepala sekolah untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memingkinkan diri para guru untuk melakukan tindakan-tindakan atau usaha-usaha yang bersifat kreatif inovatif. Dengan demikian, kepala sekolah dan guru-guru perlu mencari atau menciptakan cara-cara kerja atau hal-hal yang baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekurang-kurangnya mereka diharapkan mau dan mampu memodifikasi hal-hal atau cara-cara baru yang lebih baik atau lebih efektif dan efisien. Kondisi demikian perlu diciptakan di sekolah agar pembaharuan pendidikan dapat muncul dari warga seolah. Sebab, hal ini akan menumbuhkan sikap dan daya kreatif warga sekolah.
Dalam melakukan fungsi ini, kepala sekolah perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a.       Harus disadari bahwa sesuatu yang baru belum tentu lebih baik dari yang lama
b.      Jika mampu menemukan atau menciptakan sesuatu hal atau cara baru, ia tidak perlu memandang rendah yang lama
c.       Jika menyangkut hal-hal yang amat pokok seperti kurikulum nasional, pendekatan belajar mengajar yang baru, dan sebagainya, maka upaya itu perlu dikonsultasikan kepada pihak-pihak yang berwenang di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen PIOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:10-18).
Mengacu pada konsep dan fungsi manajemen kelas maka dapat dikemukakan bahwa manajemen kelas tidak lain menunjuk kepada tiga hal yaitu : pengaturan siswa, memeilihara lancarnya penugasan dan pengaturan fasilitas fisik.
     C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, adapula faktor yang mempengaruhi dalam manajemen suatu kelas. Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh factor non fisik (sosio- emosional) yang melekat pada guru. Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, dan beberapa factor yang mempengaruhi antara lain :
1.      Kurikulum
Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan kelas haruslah di rancang sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu peserta didik mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana dan terarah serta terorganisir, karena kegiatan kelas bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi pelajaran atau pengetahuan yang bersifat intelektualistik, akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual dan makhluk social maupun sebagai makhluk yang bermoral. 
2.      Komponen-komponen Belajar
Ada 5 komponen dalam belajar, dibawah ini akan diuraikan satu persatu:
a.       Tujuan
Tujuan adalah target hasil yang ingin dicapai. Seseorang atau sebuah lembaga atau pun juga suatu organisasi yang mempunyai perencanaan kedepan pasti mempunyai sebuah target atau tujuan yang akan di capai. Karena adanya rencana diakibatkan karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Begitupun dengan pembelajaran disekolah mempunyai tujuan tersendiri. Tujuan dalam belajar bersifat normative, artinya tujuan belajar berpusat pada perubahan perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
b.      Materi
        Materi ialah bahan yang akan diajarkan atau disampaikan kepada audien. Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespon dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya materi yang diajarkan bisa bermanfaat bagi kelangsungan siswa dimasa depan. Nana Sudjana (2000) menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, diantaranya :
1)      Materi pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
2)      Materi pelajaran yang ditulis dalam perencanaan hanya secara garis besarnya saja
3)      Menetapkan materi harus sesuai dengan urutn tujuan
4)      Urutan materi hendaknya memperhatikan kesinambungan
5)      Materi disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks
6)      Sifat materi pelajaran ada yang faktual ada yang konseptual
c.       Strategi
        Strategi bisa diartikan sebagai cara, siasat atau metode yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Metode dalam pengajaran hendaklah berfariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak monoton dan menjenuhkan.Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran.
d.      Media
         Media adalah apa-apa yang digunakan atau fasilitas lainnya yang mendukung dalam mencapai tujuan. Dwyer (1967) mengatakan :”belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas.
e.       Evaluasi
        Evaluasi adalah kegiatan mengoreksi, mengumpulkan informasi mengenai hasil kegiatan belajar yang telah dilaksanakan guna mengetahui sampai sejauh mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah (Kondisi Fisik)
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena kurikulum selalu dapat berubah. Sedang ruangan atau gedung bersifat permanen, maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang / gedung yang bersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan. Dalam konteks ini kepandaian guru dalam pengelolaan kelas sangat dibutuhkan.
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
a.       Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b.      Pengaturan tempat duduk
c.       Ventilasi dan pengaturan cahaya
d.      Pengaturan penyimpanan barang-barang
4.      Guru
Hadari Nawawi menyatakan guru adalah orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang bertanggung jawab dalam memebnatu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut bukan sekedar berdiri didepan kelas untuk menyampaikan materi atau pengetahuan tertentu, akan tetapi dalam keanggotaan masyarakat yang harus aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.
Guru juga harus bisa juga menciptakan suasana dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi sesuai untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional itu meliputi:
a.       Sikap guru
          Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena siikap seorang guru tidak hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-sehari oleh anak didiknya. Mengingat pada saat ini banyak sikap dari seorang guru tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena adanya berbagai faktor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan. karenanya masalah sikap guru dalam mengajar perlu mendapat perhatian kita semua.
b.      Kepemimpinan Guru/Wali Kelas
          Menurut Moekijat, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan orang-orang agar mengikutinya. Sondang S.P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan tersebut adalah seni kemampuan mempengaruhi prilaku manusia dan kemampuan mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar prilaku mereka sesuai dengan prilaku yang diinginkan pemimpin organisasi,
           Selanjutnya Drs. Sarwoto mengatakan sukses tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinan tidak ditentukan oleh tingkat keterampilan tehnis (Tehnical Skill) yang dimilikinya akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik (Managerial Skil).
          Berkenaan guru/wali kelas dalam usahanya untuk mengelola kelas, maka kepemimpinan kelas tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan guru/wali kelas dalam mempengaruhi atau mengendalikan kelas agar tercipta suasana kelas yang tertib kreatif dan produktif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas.
          Dalam usaha untuk mengendalikan kelas tersebut maka bermacam-macam cara dapat dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut. ada yang dengan cara keras. Murid yang tidak mematuhi kehendak guru/wali kelas diberi hukuman atau sanksi. Segala sesuatunya ditentukan oleh guru/wali kelas. Murid-murid melaksanakannya tanpa membantah.Adayang dengan cara lunak. Segala sesuatunya diserahkan kepada kemauan atau kehendak murid dan ada pula dengan cara demokratis artinya segala sesuatu yang menyangkut kelas sebelum diputuskan dirundingkan terlebih dahulu dengan murid dan keputusan adalah kesepakatan bersama antara guru dan murid.
Cara-cara yang dilakukan tersebut menggambarkan tentang tipe-tipe kepemimpinan yang dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut.
1)      Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Otoriter
                Guru/wali kelas yang kepemimpinannya bertipe otoriter ini di dalam melaksanakan kepemimpinannya bersikap keras. Segala sesuatunya ditentukan oleg guru/wali kelas tanpa berkompromi dengan murid. Murid-murid harus mematuhi segala sesuatu yang ditetapkan oleh guru/ wali kelas. Apabila murid-murid tidak melaksanakan ketentuan yang telah digariskan oleh guru/wali kelas maka akan diberikan sanksi berupa hukuman. Kepenurutan atau kepatuhan murid bukan karena kesadaran mereka, tetapi takut terhadap sanksi yang diberikan oleh guru/wali kelas. Secara lahiriah memang murid-murid kelihatan menurut, tetapi secara batiniah mereka terasa tertekan. Akibatnya guru dibenci oleh anak.
2)      Kepemimpinan Guru/Wali Kleas yang bertipe Laizzes Faire
                Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Laizzes Faire, di dalam melaksanakan kepemimpinannya bersifat lunak. Segala sesuatunya diserahkan kepada murid-murid. Guru/wali kelas hanya mengikuti kemauan atau kehendak murid-muridnya. Keputusan yang diambil guru/wali kelas pada dasarnya adalah bukan keputusannya melainkan sebagai hasil kesepakatan antara guru/wali kelas dengan murid. Karena guru/wali kelas bersikap lunak dan menyerahkan segala sesuatunya kepada murid, maka guru/wali kelas kadang-kadang dijadikan alat oleh murid-murid untuk memenuhi keinginannya. Guru/wali kelas dianggap oleh murid-muridnya sebagai guru/wali kelas yang tidak berwibawa.
3)      Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Paterlistik
                Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Paterlistrik, di dalam melaksanakan kepemimpinannya selalu bersikap melindungi atau menolong murid-muridnya. Dalam segala hal murid selalu dibantu. Guru/wali kelas selalu menganggap murid-muridnya tidak mampu dalam menyelesaikan permasalahannya. Akibatnya inisiatif dan kreatifitas murid-murid tidak berkembang. Murid-murid tidak pernah diserahkan tanggung jawab sepenuhnya dalam melaksanakan  tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Murid-murid tidak diberikan kesempatan  untuk mengembangkan dirinya. Guru/wali kelas selalu dianggap dirinya orang yang superior.
4)      Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Demokratis
                Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Demokratis, di dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya selalu didasarkan atas musyawarah. Segala sesuatunya ditentukan antara guru/wali kelas dengan murid. Murid-murid selalu diikutsertakan dalam sesuatu hal yang berkaitan dengan kelas. Murid-murid diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan ide, pendapat dan saran. Guru/wali kelas selalu memperhatikan dan mendengarkan segala sesuatu yang dikemukakan oleh murid-murid untuk kemudian diputuskan sebagai hasil keputusan bersama.
                Kepatuhan murid-murid terhadap apa yang telah digariskan oleh guru/wali kelas bukan karena terpaksa tetapi atas kemauan atau kesadaran sendiri karena merasa ikut bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut sebagai keputusan bersama.
            Di antara tipe-tipe kepemimpinan guru/wali kelas yang dikemukakan tersebut, maka tipe kepemimpinan yang banyak dikembangkan adalah tipe kepemimpinan yang demokratis. Tipe kepemimpinan ini lebih bersifat manusiawi karena baik guru/wali kelas maupun murid-murid dipandang sebagai orang yang masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihannya. Oleh karena itu murid-murid dibimbing dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif, berkreatif dan mengemukakan pendapat.
c.       Suara guru
Sering suasana kelas dipengaruhi oleh sikap guru di muka kelas. Kelas menjadi gaduh, kalau guru ragu-ragu dan kelas menjadi tenang kalau guru bersikap tegas dan bijaksana. Bersikap tegas tidak sama denganbersikap keras, bersikap tegas berarti begini: kalau guru menyuruh murid-muridnya supaya tenang, mereka harusmengidahkan suruhannya. Kalau mereka belum tenang dan jangan mulai mengajar atau melanjutkan pelajaran, kalaumurid-murid belum tenang sungguh-sungguh. Kalau masih ada murid-murid yang bercanda, bercakap-cakap dan guruterus melanjutkan mengajar, maka percakapan itu akan menjadi menjalar dan kelas akan menjadi gaduh. Kerena itu peganglah teguh disiplin kelas, berbicaralah dengan tenang dan tegas, jangan menggangap.
d.      Pembinaan hubungan baik
e.       Kondisi organisasional
Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Selain itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Rutinitas kegiatan tersebut antara lain:
1)      Pergantian pelajaran
2)      Guru berhalangan hadir
3)      Masalah antar siswa
4)      Upacara bendera
5)      Kegiatan lainnya
Dengan hal demikian maka mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu.
5.      Murid
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan (Sense Of kolektive) merupakan kondisi yang sangat penting artinya bagi terciptanya kelas yang dinamis. Oleh karena , setiap murid harus memiliki perasaan diterima (Sense of membershif) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas. Perasaan inilah yang akan menumbuhkan rasa tanggung jawab (Sense of respsibility) terhadap kelasnya. Sikap ini akan tumbuh dengan baik apabila dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan kelas sebagai berikut :
a.       Setiap murid dilibatkan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kelas, guru hanya sekedar memberi petunjuk dan bimbingan agar program atau kegiatannya sejalan dengan kurikulum.
b.      Murid diberi kesempatan dalam pembagian tugas-tugas untuk kepentingan kelas.
c.       Bila guru atau wali kelas berhalangan, bagi dan serahkanlah kepercayaan berupa tanggung jawab mengatur rumah tangga dan disiplin kealas diantar murid.
d.      Motivasi agar setiap murid selalu bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan rutin, misalnya membersihkan kelas, papan tulis dan lain-lain.
e.       Kembangkanlah kesediaan bekerjasama dalam setiap kegiatan.
f.       Susunlah bersama murid tata tertib dan disiplin kelas serta bentuklah pengurus kelas yang bekerja selama 1 tahun ajaran.
g.      Doronglah agar murid secara terus menerus ikut memikirkan kegiatan kelas dan berani mengusulkannya untuk dilaksanakan bersama didalam atau diluar kelas.
6.      Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran, pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki muridmenjadikegiatan-kegiatanyangberguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap kelas harus dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan utuh yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program masing-masing. Kedua, kelas merupakan unit yang menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau sebagai subsistem dari satu total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan dalam arti semua kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan sekolah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid (Nawawi, 1989:130).
7.      Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru memang banyak berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.
8.      Lingkungan Sekitar
Dalam hal lingkungan sekitar, maka yang dimaksud sendiri adalah masyarakat kelas yang ada di sekitar kelas, yaitu kelas sebelah.yang harus selalu di perhatikan agar selalu kondusif, karena kalau kelas sebelah rebut, maka akan menggangu konsentrasi kelas yan di bombing oleh seorang guru.
9.      Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik termasuk hal-hal berikut ini:
a.       Daftar presensi
Daftar presensi guru dan siswa hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan secara periodik daftar presensi ini.
b.      Ruang bimbingan siswa
Ruangan khusus hendaknya tersedia dan dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas, atau guru pembimbing di sekolah.
c.       Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang hendaknya tersedia, begitu pula  tempat dan alat bermain yang edukatif.
d.      Catatan pribadi siswa
Catatan pribadi siswamempunyai peranan penting da lam hubungannya dengan manajemen kelas, baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah laku yang sudah terlanjur.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta. Rajawali.
Irhash, Arianto Samier. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas. http://kanaqsejomank.blogspot.com/2011/09/faktor-yang-mempengaruhi-pengelolaan.html, diakses pada tanggal 2 September 2016.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar