Aspek-aspek,
Fungsi, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Manajemen Kelas
A. Aspek-aspek Manajemen Kelas
Tugas guru seperti mengontrol, mengatur atau
mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan guru yang sudah tidak tepat lagi.
Dewasa ini aktifitas guru yang terpenting adalah manajemen, mengorganisir, dan
mengkoordinasikan usaha atau aktifitas peserta didik menuju tujuan
pembelajaran.
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus
dimilikiguru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis, dan kemampuan bertindak
menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Adapun
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, tindakan selektif, dan kreatif (Lois V. Johnson A.
Bany, 1970).
Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam
manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas, seperti tertuang dalam
Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut :
1. Mengecek
kehadiran siswa
2. Mengumpul
hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut
3. Pendistribusian
bahan dan alat
4. Mengumpulkan
informasi dari siswa
5. Mencatat
data
6. Pemeliharaan
arsip
7. Menyampaikan
materi pelajaran
8. Memberikan
tugas atau PR.
Sementara itu hal-hal yang perlu
diperhatikan para guru, khususnya guru baru dalam pertemuan pertama dengan
siswa di kelas adalah :
1. Ketika
bertemu dengan siswa, guru harus:
a. Bersikap
tenang dan percaya diri
b. Tidak
menunjukan rasa cemas, muka kusam, atau sikap tidak simpatik
c. Memberikan
salam lalu memperkenalkan diri
d. Memberikan
format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis
riwayat hidupnya secara singkat
2. Guru
memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar
3. Mengatur
tempat duduk siswa secara tertib dan teratur
4. Menentukan
tata cara berbicara dan tanya jawab
5. Membuat
denah kelas (tempat duduk siswa)
6. Bertindak
disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap diri sendiri (Dirjen PUOD dan
Dirjen Dikdasmen, 1996 : 13).
Konsep dasar yang perlu dicermati dalam
manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah, dan faktor
lingkungan yang mempengaruhinya. Disamping sifat kelas perananan dan motif
individu dalam kelompok, sifat-sifat kelompok, dan pandangan guru dalam
mengajar.
B.
Fungsi
Manajemen Kelas
Manajemen kelas, selain memberi makna penting bagi
tercipta dan terpelihara kondisi kelas yang optimal, manajemen kelas berfungsi
:
1. Memberi
dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti membantu kelompok
dalam pembagian tugas , membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam
menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama
dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas.
2. Memelihara
agar tugas-tugas tersebut dapat berjalan lancar.
Fungsi
manajemen yang dipandang perlu dilaksanakan secara khusus oleh kepala sekolah
seperti tertuang dalam petunjuk pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar adalah
sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan dapat
dipandang sebagai proses penentuan dan penyusunan rencana dan program-program
kegiatan yang akan dilakukan pada masa yang akan datang secara terpadu dan
sistematis berdasarkan landasan, prinsip-prinsip dasar dan data atau informasi
yang terkait serta menggunakan sumber-sumber daya lainnya (misal : dana, sarana
dan prasarana, prosedur metode dan teknik) dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian produk perencanaan adalah rencana
atau program yang berorientasi kepada masa depan. Program seyogyanya disusun
secara lebih spesifik dan operasional.
Rencana tersebut
hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Rencana
harus jelas
Kejelasan ini harus
terlihat pada .... dan sasaran .... yang hendak dicapai, jenis dan bentuk
tindakan atau kegiatan yang akan dilkasanakan, siapa pelaksananya, prosedur
metode dan teknik pelaksanaannya, bahan dan peralatan yang diperlukan, waktu
dan tempat pelaksanaan kegiatan.
b. Rencana
harus realistis
Hal ini mengandung arti
bahwa :
1) Rumusan
tujuan, target atau sasaran harus mengandung harapan-harapan yang memungkinkan
dapat dicapai, baik yang menyangkut aspek kuantitatif maupun aspek
kualitatifnya. Untuk itu harapan tersebut harus disusun berdasarkan
kondisi-kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh sumber daya yang ada.
2) Jenis
dan bentuk kegiatannya harus relevan dengan tujuan dan target atau sasaran yang
harus dicapai.
3) Prosedur,
metode, dan teknik pelaksanaannya harus relevan dengan tujuan dan target atau
sasaran yang hendak dicapai serta harus memungkinkan kegiatan-kegiatan yang
telah dipilih dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
4) Sumber
daya manusia yang akan melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut harus memiliki
kemampuan-kemampuan dan motivasi serta aspek-aspek pribadi lainnya yang
menjamin atau memungkinkan terlaksananya tugas dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab.
5) Rencana
penggunaan sarana, prasarana, dan dana harus sesuai dengan tujuan, target atau
sasaran yang hendak dicapai serta memungkinkan terlaksananya kegiatan-kegiatan
secara efektif dan efisien.
6) Jadwal
kegiatan pelaksanaannya harus memungkinkan kegiatan dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien serta sesuai dengan batas waktu yang telah direncanakan.
c. Rencana
harus terpadu
1) Rencana
harus memperlihatkan unsur-unsurnya baik yang bersifat insani maupun non-insani
sebagai komponen-komponen yang bergantung satu sama lain, berinteraksi dan
bergerak bersama secara sinkron kearah tercapainya tujuan dan target yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Rencana
harus memiliki tata urut yang teratur dan disusun berdasarkan skala
prioritasnya.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian
adalah suatu proses yang menyangkut perumusan dan rincian pekerjaan dan tugas
serta kegiatan yang berdasarkan struktur organisasi formal kepada orang-orang
yang memiliki kesanggupan dan kemampuan melaksanakannya, sebagai persyaratan
bagi terciptanya kerjasama yang harmonis dan optimal ke arah tercapainya ujuan
secara efektif dan efisien.
Pengorganisasian
ini meliputi langkah-langkah antara lain :
a. Mengidentifikasi
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Mengkaji
kembali pekerjaan yang telah direncanakan dan menrincinya menjadi sejumlah
tugas dan menjabarkannya menjadi sejumlah kegiatan.
c. Menentukan
personil yang memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk melaksanakan tugas dan
kegiatan-kegiatan.
d. Memberikan
informasi yang jelas kepada guru tentang tugas dan kegiatan yang harus
dilaksanakannya, mengenai waktu dan tempatnya, serta hubungan kerja dengan guru
atau pihak lain yang terkait.
e. Mengupayakan
sarana dan prasarana serta dana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas-tugas
dan kegiatan-kegiatan tersebut.
3. Menggerakkan
Fungsi inimenyangkut
upaya kepala sekolah untuk memberikan pengaruh-pengaruh ang dapat menyebabkan
guru tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersama-sama
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.
Fungsi ini perlu
dilakukan oleh kepala sekolah karena :
a. Adanya
kenyataan bahwa seseorang akan melaksanakan suatu pekerjaan, tugas atau
kegiatan apabila terdorong untuk memenuhi suatu kebutuhan.
b. Sesudah
perencanaan dan pengorganisasian dilakukan harus ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan tugas.
Fungsi
ini perlu dilakukan sepanjang proses pelaksanaan pekerjaan dengan memperhatikan
ragam dan tingkat kebutuhan seseorang. Dalam rangka melaksanakan fungsi ini ada
beberapa teknik motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah antara lain :
a. Pemberian
pujian dan penghargaan
b. Pemberian
kepercayaan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, tugas atau kegiatan.
c. Pemberian
peluang atau kesempatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat kreatif
inovatif.
d. Pemberian
insentif atau imbalan
e. Mencipatakan
iklim kerja yang harmonis dan menyenangkan
f. Memberikan
teladan yang baik
g. Memberikan
petunjuk atau nasihat
h. Memberikan
teguran atau sanksi
i.
Menyediakan peralatan dan bahan yang
sesuai dengan tugas dan kegiatan serta sesuai dengan kondisi sekolah
j.
Memberikan layanan yang layak untuk
keperluan kenaikan pangkat atau promosi, dan sebagainya
k. Memberikan
hasil pekerjaan atau kegiatan kepada guru yang bersangkutan sebagai umpan balik
l.
Memberikan kesempatan untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan para guru.
4. Memberikan
arahan
Fungsi ini menyangkut
upaya epala sekolah untuk memberikan informasi, petunjuk, serta bimbingan
kepada guru yang dipimpinnya agar terhindar dari penyimpangan, kesulitan atau
kegagalan dalam melaksanakan tugas.
Fungsi ini berlaku
sepanjang proses pelaksanaan program kegiatan. Pelaksanaan fungsi ini dapat
berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Memberikan
penjelasan atau petunjuk-petunjuk tentang tugas dan kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh guru
b. Memberikan
penjelasan atau petunjuk secara garis besar tentang cara melaksanakan tugas
atau kegiatan yang hars dilaksanakan oleh setiap guru.
c. Memberikan
gambaran yang jelas tentang cara-cara kerja yang dapat menghindarkan guru dari
penyimpangan, kesulitan atau kegagalan.
d. Membangkitkan
dan membina rasa tanggung jawab moral pada diri setiap guru yang dipimpinnya
atas keberhasilan pekerjaan, tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakannya.
e. Memberikan
perhatian, peringatan serta bimbingan pada saat-saat tertentu terutama ketika
guru yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan atau masalah dalam
pelaksanaan tugasnya.
5. Pengkoordinasian
Fungsi ini menyangkut
upaya kepala sekolah menyelaraskan gerak langkah dan memeilihara prinsip taat
asas (konsistensi) pada setiap dan seluruh guru dalam melaksanakan seluruh
tugas dan kegiatannya agar dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah
direncanakan. Hal ini dilakukan kepala sekolah melalui pembinaan kerja sama
antar guru dan atara guru dengan pihak-pihak luar yang terkait. Disamping itu
penyelarasan dan ketaatan pada asas diupayakan agar antar fungsi manajemen yang
satu dengan yang lain seluruhnya berorientasi pada tercapainya tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
6. Pengendalian
Fungsi ini mencakup
upaya kepala sekolah untuk :
a. Mengamati
seluruh aspek dan unsur persiapan dan pelaksanaan program-program kegiatan yang
telah direncanakan.
b. Menilai
seberapa jauh kegiatan-kegiatan yang ada dapat mencapai sasaran-sasaran dan
tujuan.
c. Mengidentifikasi
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan beserta faktor-faktor
penyebabnya.
d. Mencari
dan menyarankan atau menentukan cara-cara pemecahan masalah-masalah tertentu.
e. Mengujicobakan/menerapkan
cara pemecahan masalah yang telah dipilih guna menghilangkan atau mengurangi
kesenjangan antara harapan dan kenyataan tersebut.
Dengan
demikian, dalam melaksanakan fungsi ini seorang kepala sekolah dapat
menggunakan sekurang-kurangnya tiga
pendekatan, yaitu :
a. Pengendalian
yang bersifat pencegahan
Pengendalian pencegahan
dilaksanakan kepala sekolah dengan menitik beratkan pada usaha-usaha :
1) Melakukan
perencanaan yang matang
2) Pengorganisasian
yang tepat
3) Pemberian
dorongan yang tepat
4) Pemberian
pengarahan yang jelas dan terarah
5) Menciptakan
iklim kerja yang sejuk
6) Pengkoordinasian
yang tepat dan harmonis
b. Pengendalian
langsung
Pengendalian langsung
dapat dititik beratkan pada usaha-usaha kepala sekolah untuk :
1) Mengadakan
pengamatan yang cermat dan terencana secara sistematis pada setiap tahap dalam
setiap tahap dalam proses pelaksanaan program
2) Mengsupervisi
pelaksanaan program atau kegiatan yang dilakukan oleh guru.
3) Memberikan
bantuan atau bimbingan segera kepada guru/personil yang memerlukannya.
4) Membina
disiplin guru secara berkesinambungan.
c. Pengendalian
yang bersifat perbaikan
Pengendalian yang
bersifat perbaikan dilaksanakan berdasarkan hasil evaluasi dan analisis. Dengan
demikian perbaikan ini dilakukan setelah sesuatu tugas atau kegiatan selesai
dilaksanakan.
7. Inovasi
Fungsi
inovasi menyangkut upaya kepala sekolah untuk menciptakan kondisi-kondisi yang
memingkinkan diri para guru untuk melakukan tindakan-tindakan atau usaha-usaha
yang bersifat kreatif inovatif. Dengan demikian, kepala sekolah dan guru-guru
perlu mencari atau menciptakan cara-cara kerja atau hal-hal yang baru yang
lebih sesuai dengan kebutuhan. Sekurang-kurangnya mereka diharapkan mau dan
mampu memodifikasi hal-hal atau cara-cara baru yang lebih baik atau lebih
efektif dan efisien. Kondisi demikian perlu diciptakan di sekolah agar
pembaharuan pendidikan dapat muncul dari warga seolah. Sebab, hal ini akan
menumbuhkan sikap dan daya kreatif warga sekolah.
Dalam melakukan fungsi
ini, kepala sekolah perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Harus
disadari bahwa sesuatu yang baru belum tentu lebih baik dari yang lama
b. Jika
mampu menemukan atau menciptakan sesuatu hal atau cara baru, ia tidak perlu
memandang rendah yang lama
c. Jika
menyangkut hal-hal yang amat pokok seperti kurikulum nasional, pendekatan
belajar mengajar yang baru, dan sebagainya, maka upaya itu perlu dikonsultasikan
kepada pihak-pihak yang berwenang di lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Dirjen PIOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996:10-18).
Mengacu pada konsep dan fungsi manajemen
kelas maka dapat dikemukakan bahwa manajemen kelas tidak lain menunjuk kepada
tiga hal yaitu : pengaturan siswa, memeilihara lancarnya penugasan dan
pengaturan fasilitas fisik.
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa (Djamarah 2006:184).
Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.
Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa
berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini
dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah
jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa
di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi
konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil
terjadi konflik.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa, adapula
faktor yang mempengaruhi dalam manajemen suatu kelas. Berhasilnya manajemen
kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai factor. Faktor-faktor tersebut
melekat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh factor
non fisik (sosio- emosional) yang melekat pada guru. Untuk mewujudkan
pengelolaan kelas yang baik, dan beberapa factor yang mempengaruhi antara lain
:
1. Kurikulum
Kurikulum
kaitannya dengan pengelolaan kelas haruslah di rancang sebagai jumlah
pengalaman edukatif yang menjadi tanggung jawab sekolah dalam membantu peserta
didik mencapai tujuan pendidikannya, yang diselenggarakan secara berencana dan
terarah serta terorganisir, karena kegiatan kelas bukan sekedar dipusatkan pada
penyampaian sejumlah materi pelajaran atau pengetahuan yang bersifat
intelektualistik, akan tetapi juga memperhatikan aspek pembentukan pribadi,
baik sebagai makhluk individual dan makhluk social maupun sebagai makhluk yang
bermoral.
2. Komponen-komponen Belajar
a. Tujuan
Tujuan
adalah target hasil yang ingin dicapai. Seseorang atau sebuah lembaga atau pun
juga suatu organisasi yang mempunyai perencanaan kedepan pasti mempunyai sebuah
target atau tujuan yang akan di capai. Karena adanya rencana diakibatkan karena
adanya tujuan yang ingin dicapai. Begitupun dengan pembelajaran disekolah
mempunyai tujuan tersendiri. Tujuan dalam belajar bersifat normative, artinya
tujuan belajar berpusat pada perubahan perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
b. Materi
Materi ialah bahan yang akan diajarkan atau disampaikan kepada audien. Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespon dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya materi yang diajarkan bisa bermanfaat bagi kelangsungan siswa dimasa depan. Nana Sudjana (2000) menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, diantaranya :
Materi ialah bahan yang akan diajarkan atau disampaikan kepada audien. Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespon dan mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya materi yang diajarkan bisa bermanfaat bagi kelangsungan siswa dimasa depan. Nana Sudjana (2000) menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, diantaranya :
1) Materi
pelajaran harus sesuai dan menunjang tercapainya tujuan
2) Materi
pelajaran yang ditulis dalam perencanaan hanya secara garis besarnya saja
3) Menetapkan
materi harus sesuai dengan urutn tujuan
4) Urutan
materi hendaknya memperhatikan kesinambungan
5) Materi
disusun dari yang sederhana menuju yang kompleks
6) Sifat materi
pelajaran ada yang faktual ada yang konseptual
c.
Strategi
Strategi bisa diartikan sebagai cara, siasat atau metode yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Metode dalam pengajaran hendaklah berfariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak monoton dan menjenuhkan.Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran.
Strategi bisa diartikan sebagai cara, siasat atau metode yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan. Metode dalam pengajaran hendaklah berfariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak monoton dan menjenuhkan.Tujuan dan materi yang baik belum tentu memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran.
d.
Media
Media adalah apa-apa yang digunakan atau fasilitas lainnya yang mendukung dalam mencapai tujuan. Dwyer (1967) mengatakan :”belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas.
Media adalah apa-apa yang digunakan atau fasilitas lainnya yang mendukung dalam mencapai tujuan. Dwyer (1967) mengatakan :”belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang mendekati realitas.
e.
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan mengoreksi, mengumpulkan informasi mengenai hasil kegiatan belajar yang telah dilaksanakan guna mengetahui sampai sejauh mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi adalah kegiatan mengoreksi, mengumpulkan informasi mengenai hasil kegiatan belajar yang telah dilaksanakan guna mengetahui sampai sejauh mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3.
Gedung dan Sarana Kelas /
Sekolah (Kondisi Fisik)
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah
sekolah berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya
yang harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena
kurikulum selalu dapat berubah. Sedang ruangan atau gedung bersifat permanen,
maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang / gedung yang
bersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan. Dalam konteks ini kepandaian guru dalam pengelolaan kelas sangat
dibutuhkan.
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh
penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan
memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran
dan mempunyai pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
a.
Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b.
Pengaturan tempat duduk
c.
Ventilasi dan pengaturan cahaya
d.
Pengaturan penyimpanan barang-barang
4.
Guru
Hadari Nawawi menyatakan guru adalah orang yang
bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang bertanggung jawab dalam
memebnatu anak dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian
tersebut bukan sekedar berdiri didepan kelas untuk menyampaikan materi atau
pengetahuan tertentu, akan tetapi dalam keanggotaan masyarakat yang harus aktif
dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya
untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa.
Guru juga harus bisa juga menciptakan suasana dalam
kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat memotivasi sesuai
untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai
pengaruh besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan
efektivitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional itu
meliputi:
a. Sikap guru
Sikap
dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan
jiwa anak didik selanjutnya. Karena siikap seorang guru tidak hanya dilihat
dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya dalam kehidupan
sehari-sehari oleh anak didiknya. Mengingat pada saat ini banyak sikap dari
seorang guru tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang pendidik karena
adanya berbagai faktor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia pendidikan.
karenanya masalah sikap guru dalam mengajar perlu mendapat perhatian kita
semua.
b.
Kepemimpinan Guru/Wali Kelas
Menurut
Moekijat, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan
orang-orang agar mengikutinya. Sondang S.P. Siagian memberikan definisi tentang
kepemimpinan tersebut adalah seni kemampuan mempengaruhi prilaku manusia dan
kemampuan mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar prilaku mereka sesuai
dengan prilaku yang diinginkan pemimpin organisasi,
Selanjutnya Drs. Sarwoto mengatakan sukses
tidaknya seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinan tidak
ditentukan oleh tingkat keterampilan tehnis (Tehnical Skill) yang dimilikinya
akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain
untuk bekerja dengan baik (Managerial Skil).
Berkenaan
guru/wali kelas dalam usahanya untuk mengelola kelas, maka kepemimpinan kelas
tersebut dapat diartikan sebagai kemampuan guru/wali kelas dalam mempengaruhi
atau mengendalikan kelas agar tercipta suasana kelas yang tertib kreatif dan
produktif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas.
Dalam
usaha untuk mengendalikan kelas tersebut maka bermacam-macam cara dapat
dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut. ada yang dengan cara keras. Murid yang
tidak mematuhi kehendak guru/wali kelas diberi hukuman atau sanksi. Segala
sesuatunya ditentukan oleh guru/wali kelas. Murid-murid melaksanakannya tanpa
membantah.Adayang dengan cara lunak. Segala sesuatunya diserahkan kepada
kemauan atau kehendak murid dan ada pula dengan cara demokratis artinya segala sesuatu
yang menyangkut kelas sebelum diputuskan dirundingkan terlebih dahulu dengan
murid dan keputusan adalah kesepakatan bersama antara guru dan murid.
Cara-cara yang dilakukan tersebut menggambarkan
tentang tipe-tipe kepemimpinan yang dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut.
1)
Kepemimpinan Guru/Wali
Kelas yang bertipe Otoriter
Guru/wali kelas yang kepemimpinannya bertipe otoriter
ini di dalam melaksanakan kepemimpinannya bersikap keras. Segala sesuatunya
ditentukan oleg guru/wali kelas tanpa berkompromi dengan murid. Murid-murid
harus mematuhi segala sesuatu yang ditetapkan oleh guru/ wali kelas. Apabila
murid-murid tidak melaksanakan ketentuan yang telah digariskan oleh guru/wali
kelas maka akan diberikan sanksi berupa hukuman. Kepenurutan atau kepatuhan
murid bukan karena kesadaran mereka, tetapi takut terhadap sanksi yang
diberikan oleh guru/wali kelas. Secara lahiriah memang murid-murid kelihatan
menurut, tetapi secara batiniah mereka terasa tertekan. Akibatnya guru dibenci
oleh anak.
2)
Kepemimpinan Guru/Wali
Kleas yang bertipe Laizzes Faire
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Laizzes
Faire, di dalam melaksanakan kepemimpinannya bersifat lunak. Segala sesuatunya
diserahkan kepada murid-murid. Guru/wali kelas hanya mengikuti kemauan atau
kehendak murid-muridnya. Keputusan yang diambil guru/wali kelas pada dasarnya
adalah bukan keputusannya melainkan sebagai hasil kesepakatan antara guru/wali
kelas dengan murid. Karena guru/wali kelas bersikap lunak dan menyerahkan
segala sesuatunya kepada murid, maka guru/wali kelas kadang-kadang dijadikan
alat oleh murid-murid untuk memenuhi keinginannya. Guru/wali kelas dianggap
oleh murid-muridnya sebagai guru/wali kelas yang tidak berwibawa.
3)
Kepemimpinan Guru/Wali
Kelas yang bertipe Paterlistik
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe
Paterlistrik, di dalam melaksanakan kepemimpinannya selalu bersikap melindungi
atau menolong murid-muridnya. Dalam segala hal murid selalu dibantu. Guru/wali
kelas selalu menganggap murid-muridnya tidak mampu dalam menyelesaikan
permasalahannya. Akibatnya inisiatif dan kreatifitas murid-murid tidak
berkembang. Murid-murid tidak pernah diserahkan tanggung jawab sepenuhnya dalam
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Murid-murid tidak
diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya. Guru/wali kelas selalu
dianggap dirinya orang yang superior.
4)
Kepemimpinan Guru/Wali
Kelas yang bertipe Demokratis
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Demokratis,
di dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya selalu didasarkan atas musyawarah.
Segala sesuatunya ditentukan antara guru/wali kelas dengan murid. Murid-murid
selalu diikutsertakan dalam sesuatu hal yang berkaitan dengan kelas.
Murid-murid diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan ide,
pendapat dan saran. Guru/wali kelas selalu memperhatikan dan mendengarkan
segala sesuatu yang dikemukakan oleh murid-murid untuk kemudian diputuskan
sebagai hasil keputusan bersama.
Kepatuhan
murid-murid terhadap apa yang telah digariskan oleh guru/wali kelas bukan
karena terpaksa tetapi atas kemauan atau kesadaran sendiri karena merasa ikut
bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut sebagai keputusan bersama.
Di antara tipe-tipe kepemimpinan
guru/wali kelas yang dikemukakan tersebut, maka tipe kepemimpinan yang banyak
dikembangkan adalah tipe kepemimpinan yang demokratis. Tipe kepemimpinan ini
lebih bersifat manusiawi karena baik guru/wali kelas maupun murid-murid
dipandang sebagai orang yang masing-masing mempunyai kekurangan dan
kelebihannya. Oleh karena itu murid-murid dibimbing dan diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk berinisiatif, berkreatif dan mengemukakan pendapat.
c.
Suara guru
Sering
suasana kelas dipengaruhi oleh sikap guru di muka kelas. Kelas menjadi gaduh,
kalau guru ragu-ragu dan kelas menjadi tenang kalau guru bersikap tegas dan
bijaksana. Bersikap tegas tidak sama denganbersikap keras, bersikap tegas
berarti begini: kalau guru menyuruh murid-muridnya supaya tenang, mereka
harusmengidahkan suruhannya. Kalau mereka belum tenang dan jangan mulai
mengajar atau melanjutkan pelajaran, kalaumurid-murid belum tenang
sungguh-sungguh. Kalau masih ada murid-murid yang bercanda, bercakap-cakap dan
guruterus melanjutkan mengajar, maka percakapan itu akan menjadi menjalar dan
kelas akan menjadi gaduh. Kerena itu peganglah teguh disiplin kelas,
berbicaralah dengan tenang dan tegas, jangan menggangap.
d.
Pembinaan hubungan baik
e.
Kondisi organisasional
Kegiatan
rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat
sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin
yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa
secara terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya
pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Selain itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan
penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu. Rutinitas
kegiatan tersebut antara lain:
1)
Pergantian pelajaran
2)
Guru berhalangan hadir
3)
Masalah antar siswa
4)
Upacara bendera
5)
Kegiatan lainnya
Dengan hal demikian maka mereka akan terbiasa bertingkah laku secara
teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu.
5.
Murid
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan
kebersamaan (Sense Of kolektive) merupakan kondisi yang sangat penting artinya
bagi terciptanya kelas yang dinamis. Oleh karena , setiap murid harus memiliki
perasaan diterima (Sense of membershif) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta
dalam kegiatan kelas. Perasaan inilah yang akan menumbuhkan rasa tanggung jawab
(Sense of respsibility) terhadap kelasnya. Sikap ini akan tumbuh dengan baik
apabila dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan kelas sebagai berikut :
a.
Setiap murid dilibatkan dalam proses perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan kelas, guru hanya sekedar memberi petunjuk dan bimbingan
agar program atau kegiatannya sejalan dengan kurikulum.
b.
Murid diberi kesempatan dalam pembagian tugas-tugas
untuk kepentingan kelas.
c.
Bila guru atau wali kelas berhalangan, bagi dan
serahkanlah kepercayaan berupa tanggung jawab mengatur rumah tangga dan
disiplin kealas diantar murid.
d.
Motivasi agar setiap murid selalu bersedia mengatur
kelasnya melalui kegiatan rutin, misalnya membersihkan kelas, papan tulis dan
lain-lain.
e.
Kembangkanlah kesediaan bekerjasama dalam setiap
kegiatan.
f.
Susunlah bersama murid tata tertib dan disiplin kelas
serta bentuklah pengurus kelas yang bekerja selama 1 tahun ajaran.
g.
Doronglah agar murid secara terus menerus ikut
memikirkan kegiatan kelas dan berani mengusulkannya untuk dilaksanakan bersama
didalam atau diluar kelas.
6.
Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang
dinamis yang harus dipergunakan oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid
dalam proses kependidikannya. Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi
kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan
melalui kreativitas dan inisiatif murid sebagai suatu kelompok. Untuk itu
setiap wali atau guru kelas harus berusaha menyalurkan berbagai saran,
pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi yang dimiliki
muridmenjadikegiatan-kegiatanyangberguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin dan
membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak sekedar
terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan bersama
kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap kelas harus dilihat dari
dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan utuh yang dapat
mewujudkan kegiatan berdasarkan program masing-masing. Kedua, kelas merupakan
unit yang menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja atau
sebagai subsistem dari satu total sistem. Kedua sudut pandang itu harus sejalan
dalam arti semua kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi kegiatan
sekolah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid (Nawawi, 1989:130).
7.
Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam
kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan
tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif dan apatis. Problem
klasik yang dihadapi guru memang banyak berasal dari lingkungan keluarga.
Kebiasaan yang kurang baik di lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak
patuh pada disiplin, kebebasan yang berlebihan atau terlampau terkekang
merupakan latar belakang yang menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.
8.
Lingkungan Sekitar
Dalam hal lingkungan sekitar, maka yang dimaksud sendiri adalah masyarakat
kelas yang ada di sekitar kelas, yaitu kelas sebelah.yang harus selalu di
perhatikan agar selalu kondusif, karena kalau kelas sebelah rebut, maka akan
menggangu konsentrasi kelas yan di bombing oleh seorang guru.
9.
Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik termasuk hal-hal berikut ini:
a.
Daftar presensi
Daftar presensi guru dan siswa
hendaknya dikelola sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar
yang sedang berlangsung. Hendaknya diadakan pengecekan secara periodik daftar
presensi ini.
b.
Ruang bimbingan siswa
Ruangan khusus hendaknya tersedia
dan dapat digunakan untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru,
wali kelas, atau guru pembimbing di sekolah.
c.
Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan
oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang hendaknya tersedia,
begitu pula tempat dan alat bermain yang edukatif.
d.
Catatan pribadi siswa
Catatan pribadi siswamempunyai
peranan penting da lam hubungannya dengan manajemen kelas, baik dalam rangka
pencegahan maupun dalam rangka mengatasi tingkah laku yang sudah terlanjur.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
1992. Pengelolaan Kelas dan Siswa.
Jakarta. Rajawali.
Irhash, Arianto Samier.
2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas. http://kanaqsejomank.blogspot.com/2011/09/faktor-yang-mempengaruhi-pengelolaan.html, diakses pada tanggal 2 September 2016.